This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Logo Koperasi Istana


MAKNA DAN ARTI DARI LOGO KOPERASI ISTANA

  1. Gerigi roda/ gigi roda Upaya keras yang ditempuh secara terus menerus.Hanya orang yang pekerja keras yang bisa menjadi calon Anggota dengan memenuhi beberapa persyaratannya.
  2. Rantai (di sebelah kiri) Ikatan kekeluargaan, persatuan dan persahabatan yang kokoh.Bahwa anggota sebuah Koperasi adalah Pemilik Koperasi tersebut, maka semua Anggota menjadi bersahabat, bersatu dalam kekeluargaan, dan yang mengikat sesama anggota adalah hukum yang dirancang sebagai Anggaran Dasar (AD) / Anggaran Rumah Tangga (ART) Koperasi. Dengan bersama-sama bersepakat mentaati AD/ART, maka Padi dan Kapas akan mudah diperoleh.
  3. Kapas dan Padi (di sebelah kanan) Kemakmuran anggota koperasi secara khusus dan rakyat secara umum yang diusahakan oleh koperasi.Kapas sebagai bahan dasar sandang (pakaian), dan Padi sebagai bahan dasar pangan (makanan). Mayoritas sudah disebut makmur-sejahtera jika cukup sandang dan pangan.
  4. Timbangan Keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi.Timbangan  menjadi simbol hukum. Semua Anggota koperasi harus adil dan seimbang antara "Rantai" dan "Padi-Kapas", antara "Kewajiban" dan "Hak". Dan yang menyeimbangkan itu adalah Bintang dalam Perisai.
  5. Bintang dalam perisai Dalam perisai yang dimaksud adalah Pancasila, merupakan landasan idiil koperasi.Bahwa Anggota Koperasi yang baik adalah yang mengindahkan nilai-nilai keyakinan dan kepercayaan, yang mendengarkan suara hatinya. Perisai bisa berarti "tubuh", dan Bintang bisa diartikan "Hati".
  6. Gunung warna hiaju melambangkan letak topografis yang terdiri dari pegunungan dan hijau melambangkan kesejukan.
  7. Candi Borobudur adalah letak koperasi Istana yang berada di wilayah Kab. Magelang Jawa Tengah.Candi Borobudur adalah salah satu peninggalan budaya/sejarah dari Kab. Magelang yang tak ternilai harganya. Warna coklat pada candi adalah kesuburan tanah yang berada diwilayah Jawa Tengah.
  8. ISTANA adalah sebuah nama dari Koperasi perdagangan yang didirikan di Negara Indonesia.
  9. Pita warna Merah Putih serta beground melambangkan bendera dan sifat Nasional Indonesia.

Jenis Nilam dan Pengambilan Minyak Atsiri


Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang memiliki permintaan cukup cerah. Penggunaan terbesar minyak nilam sebagai bahan kosmetik pengikat wangi parfum. Beberapa komponen utama yang menjadi bahan senyawa penyulingan minyak nilam meliputi patchouli alcohol, patchouli camphor, eugenol, benzaldehyde, cinnamicaldehyde, dan cadinene. Namun komponen penyusun yang paling menentukan mutu minyak nilam tersebut ialah patchouli alcohol, yang kadar tidak kurang dari 30%. Minyak nilam bersifat sukar tercuci walaupun dengan menggunakan air sabun. Selain itu minyak nilam juga dapat bercampur dengan minyak eteris yang lain, mudah larut dalam alkohol dan sukar menguap. Karena sifatnya itulah, minyak nilam banyak sekali di dipakai sebagai bahan baku yang penting dalam industri wangi-wangian (perfumery ), kosmetik dan lain sebagainya.
Minyak nilam juga dapat digunakan sebagai fiksatif atau pengikat bahan-bahan pewangi lain. Peranan minyak nilam sebagai fiksatif wangi-wangian ternyata tidak bisa digantikan oleh minyak apapun sehingga sangat penting dalam dunia perfumery. Selain pemanfaatan dalam bentuk minyak, tanaman nilam juga dapat digunakan untuk keperluan tertentu. Misalnya daun nilam berguna untuk bahan pelembap kulit, menghilangkan bau badan, dan gatal-gatal pada kulit. Daun nilam dapat pula dimanfaatkan sebagai pewangi pada berbagai masakan atau kue-kue.

Ada berapa varietas daun nilam yang sangat potensial untuk diambil minyak atsiri , yaitu :
  1. Posgostemon Cablin Benth : banyak ditanam di Aceh, Filipina, Madagaskar, Malaysia, Paraguay. Bentuk daun bulat seperti jantung dan lebar, berbulu dan warnanya hijau pucat. Rendemen minyak atsiri : 2,5 – 5%. Kualitas minyaknya sangat tinggi.
  2. Posgostemon Heyneanus Benth : banyak ditanam di Jawa. Bentuk daun agak runcing, waranya hijau tua. Sering dinamakan nilam hutan, nilam jawa. Kualitas minyaknya sedang.
  3. Posgostemon hortensis Backer : Daunnya tipis, tidak berbulu, permukaan daun mengkilat, warna hijau. Rendemen minyak atsiri 0,5 – 1,5%. Dengan kualitas minyaknya rendah. Sering dinamakan nilam sabun karena dapat digunakan sebagai ganti sabun.
Mutu minyak nilam menurut SP-6 1975 dan direvisi Maret 1982 adalah :
  1. Warna : kuning muda – coklat tua.
  2. Aroma : segar, khas minyak nilam.
  3. Berat jenis pada 25oC : 0,943 – 0,983 g/ml.
  4. Putaran optik : (-47) – (-66).
  5. Indek bias pada 20 oC : 1,5070 – 1,5150
  6. Bilangan asam : maksimum 5%.
  7. Bilangan penyabunan : maksimum 20%.
  8. Bilangan ester : maksimum 10%.
  9. Kelarutan dalam alkohol 90% : larut dalam 10 volume.
Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara direbus, dikukus, dan dengan uap. Penyulingan direbus, daun nilam kering dimasukkan dalam ketel berisi air dan dipanasi. Dari ketel akan keluar uap, kemudian dialirkan lewat pipa yang terhubung dengan kondensor (pendingin). Uap berubah menjadi air. Air yang sesungguhnya merupakan campuran air dan minyak itu akan menetes di ujung pipa dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya dilakukan proses pemisahaan sehingga diperoleh minyak nilam murni. Minyak nilam dapat diproduksi melalui tiga model metode penyulingan, yaitu penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap, dan penyulingan dengan air dan uap.


Penyulingan Dengan Air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang akan disuling. Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan langsung. Minyak atsiri dari beberapa jenis bahan seperti bubuk buah badam dan bunga mawar cocok diproduksi dengan cara ini sebab seluruh bagian bahan harus tercelup dan dapat bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan cara lain, misalnya melalui penyulingan dengan uap, bahan akan merekat dan membentuk gumpalan besar yang kompak sehingga uap tidak bisa berpenetrasi ke dalam bahan.
Meskipun dari proses pengerjaannya sangat mudah, tetapi penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang ( tidak tersuling ) dan terjadi pula penurunan mutu minyak yang di peroleh. Penyulingan langsung juga bisa mengakibatkan terjadinya pengasaman (oksidasi) serta pesenyawaan zat ester yang dikandung den gan air dan timbulnya berbagai hasil sampingan yang tidak dikehendaki

Penyulingan Dengan Uap
Model ini disebut penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja air penghasil uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau uap yang kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer. Di dalam proses penyulingan dengan uap ini, uap dialirkan melalui pipa uap yang berlingkar yang berpori dan berada di bawah bahan tanaman yang akan disuling. Kemudian uap akan bergerak menuju ke bagian atas melalui bahan yang disimpan di atas saringan.
Salah satu kelebihan model ini antara lain sebuah ketel uap dapat melayani beberapa buah ketel penyulingan yang dipasang seri sehingga proses produksi akan berlangsung lebih cepat. Namun sayangnya proses penyulingan dengan model ini memerlukan konstruksi ketel yang lebih kuat, alat-alat pengaman yang lebih baik dan sempurna, biaya yang diperlukan pun lebih mahal.

Penyulingan Dengan Air dan Uap
Pada penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai permukaannya tidak jauh bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. Sebenarnya terdapat perbedaan yang mendasar pada prinsip ketiga model penyulingan tersebut. Namun dalam praktek hasilnya akan berbeda bahkan kadang-kadang perbedaanya sangat berarti karena masing-masing metode mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Dari segi komersial, penyulingan dengan air dan uap memang cukup ekonomis sehingga model ini paling banyak digunakan di berbagai Negara, khususnya di Negara yang sedang berkembang. Selain biaya yang diperlukan relatif murah, rendemen minyak atsiri yang dihasilkan cukup memadai, mutunya pun dapat diterima dengan baik oleh konsumen.

Daun nilam dapat disuling menjadi minyak, tetapi kualitasnya masih di bawah minyak yang dihasilkan oleh batang. Karena itu, biasanya para perajin nilam mencampur batang dan daun nilam untuk disuling secara bersama. Dari setiap 20 kilogram batang nilam dapat dihasilkan 0,5-0,6 liter minyak nilam. Jika penyulingan diteruskan sampai 12 jam, minyak yang dihasilkan dapat mencapai 0,8 liter.

PROSES PENYULINGAN NILAM


Proses membuat minyak nilam sebenarnya sangat sederhana dan tidak rumit. Hanya memang untuk alat – alatnya agak mahal karena hamper semua memerlukan bahan dari stainlessteell agar awet dan higienis. Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
1. Di rebus
2. Di kukus
3. Di uap

Di Rebus
Penyulingan direbus, daun nilam kering dimasukkan dalam ketel berisi air dan dipanasi. Kapasitas ketel penyulingan bervariasi, mulai dari 200 – 2.000 l. Ketel dibuat dari bahan antikarat, seperti stainless steel, besi, atau tembaga berlapis aluminium.
Dari ketel akan keluar uap, kemudian dialirkan lewat pipa yang terhubung dengan kondensor (pendingin). Uap berubah menjadi air. Air yang sesungguhnya merupakan campuran air dan minyak itu akan menetes di ujung pipa dan ditampung dalam wadah. Selanjutkan, dilakukan proses pemisahaan sehingga diperoleh minyak nilam murni.

Di Kukus
Penyulingan dikukus, mirip cara pertama, hanya saja antara daun nilam dan air dibatasi saringan berlubang. Daun nilam diletakkan di atas saringan, sementara air berada di bawahnya.

Di Uap
Sementara sistem penyulingan uap menjamin kesempurnaan produksi minyak atsiri. Pada sistem ini bahan tidak kontak langsung dengan air maupun api. Prinsipnya, uap bertekanan tinggi dialirkan dari ketel perebus air ke ketel berisi daun nilam (ada dua ketel). Uap air yang keluar dialirkan lewat pipa menuju kondensor hingga mengalami proses kondensasi. Cairan (campuran air dan minyak) yang menetes ditampung, selanjutnya dipisahkan untuk mendapatkan minyak nilam.

Pada umumnya petani nilam memakai teknik uap karena hasilnya yang paling bagus, seperti kelompok tani di Kulon Progo Yogyakarta dan kelompok tani nilam di Kuningan, Jawa Barat, memakai sistem penyulingan uap berkapasitas 100 kg per ketel. Hasilnya 2,2 kg – 2,8 kg minyak nilam untuk sekali penyulingan selama delapan jam (terbagi atas empat tahap). Masing-masing tahap lamanya dua jam. Sekali menyuling menghabiskan bahan bakar minyak tanah 40 l (Rp 295.000,-).

sumber:
Desember 2010
http://www.infogue.com/viewstory/2010/12/10/proses_penyulingan_nilam_/?url=http://otoda.blogspot.com/2010/12/proses-penyulingan-nilam.html

Serangan Penyakit Budog pada Nilam


Serangan Budog pada pucuk tanaman NilamBudog, yang merupakan istilah dalam bahasa Aceh untuk Syn­chytrium pogostemonis (Suka­mto, 2009), sebuah penyakit yang sering menyerang tanaman nilam. Budog me­nyebabkan kutil pada daun, batang dan tang­kai yang bengkak dan menebal; kemerahan-ungu, daun terlihat berkerut dan tebal dengan warna merah keunguan (Sukamto, 2009). Say­angnya, penelitian-penelitian tentang penya­kit budog belum begitu banyak didokumen­tasikan sehingga belum banyak ditemukan data dan analisis pembanding. Petani nilam di Aceh Selatan saat ini telah mencatat budog di bidang mereka sejak 1980-an (Parande, 2011).
Kehadiran budog telah meningkat dalam 10 tahun terakhir (Soleh, 2011), yang bersamaan dengan terjadinya “demam nilam” di rent­ang tahun 1997-1998 (Caritas Republik Ceko, 2011) di mana lonjakan produksi nilam akan membuka kesempatan bagi budog untuk akan menyebar ke berbagai lahan baru. Ini juga kebiasaan yang umum di Sumatera bagi petani untuk terus menanam dan panen nil­am budog terinfeksi, sebagai tanaman masih memproduksi minyak lebih rendah meskipun kuantitas dan kualitas (Sagala, 2009). Budog awalnya terisolasi ke Sumatera, tetapi seka­rang ditemukan di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa dimana budidaya nilam telah menyebar (Sukamto, 2009).

PENGARUH PADA NILAM

Efek Fisik

Serangan Budog pada Batang tanaman nilamGejala serangan awal dapat dilihat sedini mungkin baik pada persemaian maupun di la­pang, dengan ditandai adanya benjolan-ben­jolan kecil pada permukaan atas dan bawah daun, serta batang. Budok menyebabkan kutil mucul pada daun, batang maupun tunasnya (nuryani, 2006). Gejala pertama dari budog biasanya adalah tumbuhnya “kutil” pada tu­nas baru yang kemudian meluas ke bagian batang utama yang memiliki struktur sel yang lebih keras. Pada serangan lanjut, akan meng­hambat pertumbuhan vegetatif sehingga rumpun tanaman tidak bertambah besar, permukaan batang menebal, ruas batang memendek, pada ketiak cabang tumbuh tu­nas-tunas berdaun keriput. Rumpun tanaman yang terserang pertumbuhannya terhenti, bahkan kanopinya cenderung mengecil. Tan­da dan gejala lainnya adalah batangnya men­jadi kerdil (Wahyuno, Pengelolaan Perbenihan Nilam Untuk Mencegah Penyebaran Budog, 2010). Diagnosisi dini sering kali sulit dilaku­kan karena umumnya gejala-gejala (kutil dan jaringan mati) akan nampak jelas setelah 4 minggu terjangkit.

Efek Ekonomi

Belum banyak studi formal tentang penu­runan kualitas minyak nilam akibat serangan penyakit budog pada tanaman nilam. Salah satu hasil studi yang akan segera dipublikasi oleh salah satu instansi pemerintah, Balittro, menerangkan bahwa tidak ditemukannya pengaruh kualitas minyak nilam akibat bu­dog. (Wahyuno, Peneliti, 2010) Namun, dari cerita dari mulut ke mulut yang beredar di kalangan petani mengatakan bahwa pihak pembeli lokal tidak akan membeli minyak nilam yang terinfeksi budog, karena mereka dapat melihat adanya perubahan dalam min­yak yang dihasilkan (Soleh, 2011), khususnya pada bau minyak (Cakra, 2011), yang mereka katakan berbau tidak sedap atau “bau apek”. Pada praktek-praktek yang telah sebelumnya dilakukan petani, mereka biasanya mencam­pur sejumlah minyak dari berbagai level kuali­tas untuk mendapatkan minyak yang lebih baik untuk dijual ke pedagang pengumpul.

Dengan praktek pencampuran ini bau apek yang dihasilkan oleh nilam yang terkena bu­dog dapat ditutupi. Namun, sejalan dengan proyek Caritas yang memiliki target untuk menjual minyak nilam berkualitas tinggi ke­pada para pembeli di tingkat internasional maka hal ini dapat menjadi isu yang penting. Ada pendapat umum yang beredar di ka­langan petani bahwa nilam yang kerdil dan cacat akibat budog dapat menghasilkan hasil timbangan daun (kg) yang lebih rendah, den­gan asumsi bahwa petani melakukan penyul­ingan terhadap nilam yang terinfeksi, bukan membuangnya. Tergantung dari keparahan infeksinya, maka lebih dari 50% hasil panen bisa hilang (Soleh, 2011), meskipun harus di­catat bahwa jumlah minyak yang sama akan dihasilkan per kg daunnya.

PENANGGULANGAN BUDOG

Meskipun secara umum penyebab dan pen­anggulangan terhadap budog masih belum sepenuhnya disepakati atau dipahami, ada berbagai rekomendasi mengenai cara mana­jemen terhadap serangan budog. Dari berb­agai literatur dan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, secara umum rekomendasi yang diberikan dalam penanggulangan bu­dog adalah penggunaan bibit nilam yang bersih dan sehat sebagai cara terbaik untuk mencegah kemunculan dan penyebaran bu­dog serta penggunaan lahan yang belum pernah terkontaminasi oleh penyakit budog. (Sukamto, 2009). Rekomendasi lainnya adalah penggunaan insektisida untuk mencegah se­rangga yang dapat membawa dan menyebar­kan (host) budog (Hidayat & Sutrisno, 2006).  Untuk tanah yang sebelumnya telah ter­kontaminasi dengan budog, ada sejumlah rekomendasi khusus pada penggunaan fungi­sida terutama dari Balittro. Ketika melakukan perawatan tanah dengan fungisida, tempat 5 gram fungisida per lubang tanaman bersama dengan pupuk selama penanaman. Jika pada saat ini tanaman nilam telah terkontaminasi dengan budog, maka direkomendasikan un­tuk mencabut dan membakar tanaman yang telah terinfeksi dan “obati” tanah yang terin­feksi dengan fungisida sebelum spora dapat menjadi aktif kembali. Sebuah Perusahaan swasta, Indarro, hanya merekomendasikan penerapan fungisida, yang mereka telah mer­eka rancang sendiri disebut Fudoc, jika nilam masih dalam waktu satu bulan panen, jika ti­dak, maka hal tersebut tidak efektif. Penggu­naan fungisida tentunya tidak mempengaruhi budog aktif dan relatif terjangkau.

NILAM ACEH


Nilam Aceh 
Nama 'patchouli' berasal dari bahasa Tamil pacchilai ataupaculli yang artinya daun hijau. Namun, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama yang berbeda di bahasa lokal yang berbeda. Di Indonesia, orang lebih sering menyebutnya nilam (di Sumatera) atau dilem wangi (di Jawa), nama-nama yang diperkenalkan selama zaman kolonial Belanda. Penyulingan nilam berasal dari British Malaya selama pertengahan akhir abad ke19. Pusat penyulingan yang paling penting pada masa itu adalah di pulau Penang dan Straits Settlements di Singapore . Setelah panen, daun nilam diekspor ke Eropa dan diproses di pabrik penyulingan modern, tapi bagian proses penyulingan terbesar dilakukan oleh penyuling di Penang dan Singapura.

Pada pergantian abad, fokus budidaya di British Malaya berganti ke pohon karet, membiarkan penyuling nilam tanpa pasokan daun nilam kering yang cukup. Oleh karena itu, para penyuling mengalihkan perhatian mereka ke pemasok yang ada di Sumatera. Budidaya nilam di Sumatera dan Aceh khususnya diintensifkan dan daun nilam kering itu diekspor ke penyuling di Singapore, Penang dan Wellesley. Akan tetapi, pembudidaya nilam di Aceh mulai menghadapi masalah ketika harga karet menurun tajam pada tahun 1919 dan pengusaha perkebunan di British Malay memperbaharui energy mereka dengan berbudidaya nilam. Sesudah itu, ekspor daun nilam Aceh menurun dan menyebabkan pengusaha perkebunan mengalami kelebihan supply daun nilam kering . Untuk memecahkan masalah ini, diputuskan untuk menyuling daun nilam di Sumatera dan ini menandakan permulaan industri nilam di daerah tersebut.

Industri ini berkembang dan pada pertengahan abad ke-20 Sumatera menjadi pemasok minyak nilam terbesar di dunia dengan Aceh sebagai pusat pembudidayaannya. Sebagian kecil minyak diekspor ke Singapore, Penang dan Wellesley melalui pelabuhan sepanjang pantai Aceh, tapi sebagian besar, minyak tersebut diangkut oleh pembeli ke Jawa. Di Jawa, minyak nilam dari Sumatera diekspor bersama-sama dengan sebagian kecil minyak dari Jawa ke luar negeri.

nilam aceh 2Industri nilam di Aceh menurun selama Perang Dunia II dan setelah masa perang ketika perhatian beralih ke area lainnya. Akan tetapi, setelah Krisis Ekonomi Asia tahun 1997, nilai minyak nilam dalam dolar Amerika meningkat pesat dan rupiah Indonesia mengalami devaluasi. Dua peristiwa ini 107 menyebabkan peningkatan hebat pada harga lokal . Budidaya nilam menjadi begitu menguntungkan sehingga orang menunjuk masa ini sebagai masa 108 'demam nilam'. Produksi nilam mengalami kemacetan, tapi kembali lagi ke level sebelumnya di akhir tahun 1998 persis pada saat petani siap untuk panen. Untuk menghindari kesalahan yang sama, harga nilam telah dimonitor oleh Dewan Atsiri Indonesia (DAI) sejak tahun 2004. Perbaharuan harga sekarang juga bisa diakses melalui website DAI.

Sejak awal abad ke 21, petani/penyuling di Jawa telah meningkatkan produksi minyak nilam mereka dan telah menggantikan posisi Aceh sebagai produsen nilam terbesar sejak tahun 2005. Sebagian pelaku bisnis nilam beranggapan bahwa produsen dari Aceh memindahkan tempat produksi mereka ke bahagian wilayah Indonesia lainnya. Akan tetapi, asumsi ini tidak didukung oleh volume produksi nilam yang relatif stabil di Aceh sejak tahun 1980an.

Kwalitas Minyak Nilam Aceh

Kwalitas minyak nilam ditentukan oleh karekteristik fisik dan kandungan kimiawi minyak. Kwalitasnya terutama diukur dengan tingkat patchoulol (alkohol nilam atau PA), yang merupakan komponen tanaman nilam yang paling tinggi. PA mengandung norpatchoulene, yang memberikan bau/aroma yang yang khas pada minyak nilam. Minyak dari nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth) di Sumatera dianggap memiliki kwalitas paling tinggi karena mengandung tingkat PA yang tinggi. Namun, tingkat PA saja tidaklah menjamin kwalitas yang bagus. Badan Standarisasi Indonesia (BSI) telah menetapkan beberapa standar kwalitas bagi minyak nilam. Pembeli international juga memiliki standar mereka sendiri. Tabel dibawah membandingkan tiga standard yang berbeda, dua dari Payan Bertrand (Perusahaan pembeli nilam dari Perancis) dan satu dari pemerintah, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO).

Kisaran nilai dan harga minyak nilam pabrikan yang ditawarkan dan dipromosikan ke pasar internasional oleh eksportir di Indonesia sebagian besar berdasarkan tingkat PA, warna dan kandungan besi, dan usia minyak nilam. Kebanyakan minyak nilam dari Indonesia yang ditawarkan di pasar memiliki level PA 30% hingga 36%. Kandungan PA yang tinggi ini karena penyulingan ditingkatkan dengan menggunakan alat pemecah. Tingkat warna minyak nilam sesuai dengan kadar besinya. Minyak nilam disuling dengan penyuling besi tradisional terkontaminasi dengan besi dan biasanya berwarna coklat. Sedangkan yang diproses dengan penyuling baja antikarat tidak mengandung kadar besi (bebas besi) dan oleh karena itu warnanya kuning terang. Minyak nilam yang kemudian diperhalus lagi di alat pemecah, yang kadar asamnya rendah, dan berusia cukup tua kadang kadang tersedia dan dipromosikan juga.

Ada beberapa sub-varietas tanaman nilam di Aceh. Yang paling utama adalah nilam Tapaktuan di Aceh Selatan, nilam Lhokseumawe (Aceh Utara), dan nilam Sidikalang (Aceh Tamiang). Mereka masing-masing memiliki karekteristik fisik dan kandungan kimiawi yang berbeda. Nilam Tapaktuan memiliki kemampuan adaptasi yag tinggi, batang berwarna hijau dengan sedikit warna ungu. Nilam Lhokseumawe juga memiliki daya adaptasi yang tinggi dan warna batang ungu. Varietas Sidikalang memiliki daya adaptasi yang tinggi dan batang ungu gelap. Tingkat PA dari varietas ini beragam: yaitu. Tapatuan (28.69-35.90%), Lhokseumawe (29.11-34.46%) dan Sidikalang (30.21-35.20%).

Varietas Lhokseumawe









Varietas Sidikalang
Varietas Tapaktuan
 

                                                   

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites