Penyakit Kuning/Daun Merah Akibat Nematoda pada Nilam
Daun nilam akibat nematoda
Dalam upaya meningkatkan hasil minyak nilam yang dibudidayakan petani maka keberadaan nematoda parasit pada nilam perlu diwaspadai. Pratylenchus brachyurus adalah nematoda endoparasit migratori penghuni tanah, penyebab lesio nekrotik pada akar dan tersebar luas di daerah tropik. Serangan nematoda pada tanaman nilam dilaporkan terdapat di Jawa Barat (Djiwanti dan Momota 1991), Sumatera Barat (Pupuk Iskandar Muda 1991), dan Aceh (Sriwati 1999). Beberapa jenis nematoda parasit yang menyerang tanaman nilam adalah P. brachyurus, M. incognita, M. hapla, Scutellonema, Rotylenchulus, Helicotylenchus, Hemicriconemoide dan Xiphinema (Djiwanti dan Momota 1991) serta Radopholus similis (Mustika et al. 1991; Mustika dan Nuryani 1993). Di antara nematoda tersebut, P. brachyurus, M. incognita, dan R. similis adalah yang paling merusak dibandingkan dengan spesies lainnya. Pada umumnya pertanaman nilam tersebar pada tanah dengan pH 4,50-5,50 (Mustika dan Nurmansyah 1993). Kisaran keasaman tersebut sangat sesuai bagi perkembangan nematode parasit terutama Pratylenchus spp. (McLean dalam Wallace 1987).
SERANGAN NEMATODA PADA NILAM
SERANGAN NEMATODA PADA NILAM
Tanaman nilam yang terserang nematode pertumbuhannya terhambat, daun-daun menjadi kuning klorosis (mirip kekurangan unsur hara N, P, dan K) atau kemerahan. Hal ini terjadi karena nematoda merusak perakaran tanaman sehingga penyerapan air dan unsure hara terganggu. Bila populasi Meloidogyne spp. dominan, gejala yang tampak adalah buncak akar (bengkak pada akar), sedangkan bila R. similis atau P. brachyurus yang dominan, gejala yang tampak adalah luka-luka nekrosis pada akar (Mustika dan Rachmat 1998; Mustika dan Nazarudin 1999). Kadang-kadang gejala tersebut muncul bersamaan. Pada serangan lanjut akar akan membusuk dan akhirnya tanaman mati. Gejala khas serangan nematoda pada tanaman nilam di lapang adalah penyebarannya sporadis atau berkelompok. Serangan nematoda juga menyebabkan tanaman lebih mudah terserang patogen atau OPT lain seperti jamur, bakteri, dan virus. Serangan menurunkan produktivitas dan kualitas hasil.
Di lapangan, serangan nematoda menurunkan produksi nilam hingga 75% (Mustika 1996). Varietas Jawa (Girilaya) lebih toleran terhadap nematoda daripada varietas Aceh (Sidikalang), Tapak Tuan dan Lhokseumawe (Mustika dan Nuryani 1993). Nematoda juga menyerang akar tanaman nilam, kerusakan akar menyebabkan berkurangnya suplai air ke daun, sehingga stomata menutup, akibat
nya laju fotosintesa menurun (Wallace, 1987).
STRATEGI PENGENDALIAN
Nematoda parasit tanaman dapat dikendalikan dengan cara sanitasi, pergiliran tanaman, pemilihan waktu tanam, penggunaan tanaman resisten, bahan kimia, dan secara hayati dengan menggunakan agen biotik maupun abiotik (Sayre 1980a; 1980b). Di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat, pengendalian nematoda dilakukan secara hayati terpadu antara lain dengan menggunakan musuh alami (agen hayati), bahan organik, tanaman antagonis, dan rotasi tanaman (Dickson et al. 1992a; Rodriguez-Kabana 1992; Madulu et al. 1994). Franco et al. (1992) telah menyusun strategi pengendalian nematoda secara terpadu menggunakan varietas tahan atau toleran, teknik budi daya, agen hayati, rekayasa genetik, fisik, kimia dan karantina.
Dalam jurnal terbitan Minyak Atsiri Indonesia yang ditulis oleh Sukamto, dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, beberapa metoda pengendalian penyakit nematoda pada tanaman nilam disimpulkan secara singkat meliputi beberapa cara terpadu yang meliputi :
Di lapangan, serangan nematoda menurunkan produksi nilam hingga 75% (Mustika 1996). Varietas Jawa (Girilaya) lebih toleran terhadap nematoda daripada varietas Aceh (Sidikalang), Tapak Tuan dan Lhokseumawe (Mustika dan Nuryani 1993). Nematoda juga menyerang akar tanaman nilam, kerusakan akar menyebabkan berkurangnya suplai air ke daun, sehingga stomata menutup, akibat
nya laju fotosintesa menurun (Wallace, 1987).
STRATEGI PENGENDALIAN
Nematoda parasit tanaman dapat dikendalikan dengan cara sanitasi, pergiliran tanaman, pemilihan waktu tanam, penggunaan tanaman resisten, bahan kimia, dan secara hayati dengan menggunakan agen biotik maupun abiotik (Sayre 1980a; 1980b). Di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat, pengendalian nematoda dilakukan secara hayati terpadu antara lain dengan menggunakan musuh alami (agen hayati), bahan organik, tanaman antagonis, dan rotasi tanaman (Dickson et al. 1992a; Rodriguez-Kabana 1992; Madulu et al. 1994). Franco et al. (1992) telah menyusun strategi pengendalian nematoda secara terpadu menggunakan varietas tahan atau toleran, teknik budi daya, agen hayati, rekayasa genetik, fisik, kimia dan karantina.
Dalam jurnal terbitan Minyak Atsiri Indonesia yang ditulis oleh Sukamto, dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, beberapa metoda pengendalian penyakit nematoda pada tanaman nilam disimpulkan secara singkat meliputi beberapa cara terpadu yang meliputi :
- Pemberian pupuk lengkap NPK, Urea dan TSP dengan dosis dan interval teratur (setiap bulan).
- Pada tanah dengan pH lebih kecil dari 5.5, diberikan dolomit (CaCO3 atau MgCO3) yang mengandung 19% MgO dan CaO dengan dosis 25-50 g/tanaman/tahun.
- Pemberian pupuk kandang (kotoran sapi, 1-2 kg/tanaman sebelum tanam dengan tujuan untuk meningkatkan populasi mikroorganisme antagonis (musuh alami) nematode.
- Pemberian mulsa daun akar wangi atau lalang setebal 10 cm pada saat tanam untuk memelihara kelembaban tanah.
- Penggunaan bungkil jarak 250 g/tanaman/6 bulan sebagai bahan organik dan pestisida nabati untuk menekan populasi nematoda.
- Penggunaan musuh alami nematoda yaitu bakteri Pasteuria penetrans dengan dosis 2 kapsul/ tanaman/6 bulan, atau jamur Arthrobotrys sp. Sebanyak 125 g/tanaman/6 bulan, untuk menekan populasi nematoda di dalam tanah.
- Pemberian nematisida Furadan 3G dengan dosis 3-5 g/tanaman, bakterisida (Agrimycin) 2 g/tanaman dan fungisida (Benlate) 2 g/ tanaman.
Sumber Tulisan :
- Ika Mustika, Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
- Sukamto, Status Penyakit Pada Tanaman Nilam dan Tekhnologi Pengendaliannya, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik