Jenis Nilam dan Pengambilan Minyak Atsiri


Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang memiliki permintaan cukup cerah. Penggunaan terbesar minyak nilam sebagai bahan kosmetik pengikat wangi parfum. Beberapa komponen utama yang menjadi bahan senyawa penyulingan minyak nilam meliputi patchouli alcohol, patchouli camphor, eugenol, benzaldehyde, cinnamicaldehyde, dan cadinene. Namun komponen penyusun yang paling menentukan mutu minyak nilam tersebut ialah patchouli alcohol, yang kadar tidak kurang dari 30%. Minyak nilam bersifat sukar tercuci walaupun dengan menggunakan air sabun. Selain itu minyak nilam juga dapat bercampur dengan minyak eteris yang lain, mudah larut dalam alkohol dan sukar menguap. Karena sifatnya itulah, minyak nilam banyak sekali di dipakai sebagai bahan baku yang penting dalam industri wangi-wangian (perfumery ), kosmetik dan lain sebagainya.
Minyak nilam juga dapat digunakan sebagai fiksatif atau pengikat bahan-bahan pewangi lain. Peranan minyak nilam sebagai fiksatif wangi-wangian ternyata tidak bisa digantikan oleh minyak apapun sehingga sangat penting dalam dunia perfumery. Selain pemanfaatan dalam bentuk minyak, tanaman nilam juga dapat digunakan untuk keperluan tertentu. Misalnya daun nilam berguna untuk bahan pelembap kulit, menghilangkan bau badan, dan gatal-gatal pada kulit. Daun nilam dapat pula dimanfaatkan sebagai pewangi pada berbagai masakan atau kue-kue.

Ada berapa varietas daun nilam yang sangat potensial untuk diambil minyak atsiri , yaitu :
  1. Posgostemon Cablin Benth : banyak ditanam di Aceh, Filipina, Madagaskar, Malaysia, Paraguay. Bentuk daun bulat seperti jantung dan lebar, berbulu dan warnanya hijau pucat. Rendemen minyak atsiri : 2,5 – 5%. Kualitas minyaknya sangat tinggi.
  2. Posgostemon Heyneanus Benth : banyak ditanam di Jawa. Bentuk daun agak runcing, waranya hijau tua. Sering dinamakan nilam hutan, nilam jawa. Kualitas minyaknya sedang.
  3. Posgostemon hortensis Backer : Daunnya tipis, tidak berbulu, permukaan daun mengkilat, warna hijau. Rendemen minyak atsiri 0,5 – 1,5%. Dengan kualitas minyaknya rendah. Sering dinamakan nilam sabun karena dapat digunakan sebagai ganti sabun.
Mutu minyak nilam menurut SP-6 1975 dan direvisi Maret 1982 adalah :
  1. Warna : kuning muda – coklat tua.
  2. Aroma : segar, khas minyak nilam.
  3. Berat jenis pada 25oC : 0,943 – 0,983 g/ml.
  4. Putaran optik : (-47) – (-66).
  5. Indek bias pada 20 oC : 1,5070 – 1,5150
  6. Bilangan asam : maksimum 5%.
  7. Bilangan penyabunan : maksimum 20%.
  8. Bilangan ester : maksimum 10%.
  9. Kelarutan dalam alkohol 90% : larut dalam 10 volume.
Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara direbus, dikukus, dan dengan uap. Penyulingan direbus, daun nilam kering dimasukkan dalam ketel berisi air dan dipanasi. Dari ketel akan keluar uap, kemudian dialirkan lewat pipa yang terhubung dengan kondensor (pendingin). Uap berubah menjadi air. Air yang sesungguhnya merupakan campuran air dan minyak itu akan menetes di ujung pipa dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya dilakukan proses pemisahaan sehingga diperoleh minyak nilam murni. Minyak nilam dapat diproduksi melalui tiga model metode penyulingan, yaitu penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap, dan penyulingan dengan air dan uap.


Penyulingan Dengan Air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang akan disuling. Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan langsung. Minyak atsiri dari beberapa jenis bahan seperti bubuk buah badam dan bunga mawar cocok diproduksi dengan cara ini sebab seluruh bagian bahan harus tercelup dan dapat bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan cara lain, misalnya melalui penyulingan dengan uap, bahan akan merekat dan membentuk gumpalan besar yang kompak sehingga uap tidak bisa berpenetrasi ke dalam bahan.
Meskipun dari proses pengerjaannya sangat mudah, tetapi penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang ( tidak tersuling ) dan terjadi pula penurunan mutu minyak yang di peroleh. Penyulingan langsung juga bisa mengakibatkan terjadinya pengasaman (oksidasi) serta pesenyawaan zat ester yang dikandung den gan air dan timbulnya berbagai hasil sampingan yang tidak dikehendaki

Penyulingan Dengan Uap
Model ini disebut penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja air penghasil uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau uap yang kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer. Di dalam proses penyulingan dengan uap ini, uap dialirkan melalui pipa uap yang berlingkar yang berpori dan berada di bawah bahan tanaman yang akan disuling. Kemudian uap akan bergerak menuju ke bagian atas melalui bahan yang disimpan di atas saringan.
Salah satu kelebihan model ini antara lain sebuah ketel uap dapat melayani beberapa buah ketel penyulingan yang dipasang seri sehingga proses produksi akan berlangsung lebih cepat. Namun sayangnya proses penyulingan dengan model ini memerlukan konstruksi ketel yang lebih kuat, alat-alat pengaman yang lebih baik dan sempurna, biaya yang diperlukan pun lebih mahal.

Penyulingan Dengan Air dan Uap
Pada penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai permukaannya tidak jauh bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. Sebenarnya terdapat perbedaan yang mendasar pada prinsip ketiga model penyulingan tersebut. Namun dalam praktek hasilnya akan berbeda bahkan kadang-kadang perbedaanya sangat berarti karena masing-masing metode mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Dari segi komersial, penyulingan dengan air dan uap memang cukup ekonomis sehingga model ini paling banyak digunakan di berbagai Negara, khususnya di Negara yang sedang berkembang. Selain biaya yang diperlukan relatif murah, rendemen minyak atsiri yang dihasilkan cukup memadai, mutunya pun dapat diterima dengan baik oleh konsumen.

Daun nilam dapat disuling menjadi minyak, tetapi kualitasnya masih di bawah minyak yang dihasilkan oleh batang. Karena itu, biasanya para perajin nilam mencampur batang dan daun nilam untuk disuling secara bersama. Dari setiap 20 kilogram batang nilam dapat dihasilkan 0,5-0,6 liter minyak nilam. Jika penyulingan diteruskan sampai 12 jam, minyak yang dihasilkan dapat mencapai 0,8 liter.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites